Kamis, 27 April 2017

Resensi Novel Negeri di Ujung Tanduk


Hasil gambar untuk resensi novel negeri diujung tanduk tere liye
Data Buku: Judul               : Negeri di Ujung Tanduk
 Penulis             : Tere Liye
 Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
 Cetakan           : April 2013 Tebal               : 360 halaman
 ISBN               : 978-979-22-9429-3

 Novel “Negeri di Ujung Tanduk” menceritakan perjuangan seorang lelaki yang sedang berusaha untuk melepaskan dirinya dari buronan karena dia terbukti tidak bersalah. Tidak diceritakan secara detail maksud dari negeri di ujung tanduk ini tetapi kita bisa melihatnya dari beberapa alur tempat yang diceritakan seperti Bali, Jakarta, dan beberapa tempat lainnya. Serta masalah-masalah yang sedang dihadapi di negeri ini sedikit disinggung. Kehidupan semakin rusak bukan karena orang jahat semakin banyak, tetapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi. Novel ini menceritakan perjuangan yang dilakukan oleh seorang lelaki bermata sipit yang tengah berjuang menyelamatkan hidupnya dari ancaman para mafia hukum. Pekerjaannya menuntut dirinya untuk selalu waspada terhadap segala hal yang berbau politik. Belum lagi Maryam, gadis wartawan yang ikut terlibat dalam aksinya. Thomas, tokoh utama dalam novel ini digambarkan sebagai sosok dengan style khasnya, tampan, rapi, dan balutan eksekutif muda yang cerdas dan berpengaruh tetap melekat padanya. Sebagai seorang konsultan politik tentu dia sering bertemu dengan kliennya dan berusah mendukung partainya. Negeri di Ujung Tanduk juga sedikit menyinggung masalah-masalah yang sedang terjadi di tanah air seperti kasus korupsi Bank Century. Dulu Thomas menjadi konsultan ekonomi, sekarang merambah ke dunia politik, yaitu konsultan bidang politik. Konflik semakin rumit karena klien Thomas yang merupakan mantan walikota yang ingin menjadi gubernur ibu kota kini ditangkap karena terkait kasus korupsi. Lalu, ada istilah-istilah asing yang seperti breaking news yang sudah bertahun-tahun dipakai wartawan, pengamat politik, komentator hukum, hingga orang awam. Dan di novel tersebut, Thomas mengakui sebagai orang pertama yang menemukan istilah breaking news. Novel Negeri di Ujung Tanduk memiliki makna yang sama dengan teori sastra yang selama ini banyak dianut. Sastra adalah seni dan seni itu indah sehingga selalu mengandung akhir kebaikan dan bahagia. Snovel posmodern biasanya menimbulkan ketidakpastian dan membuat keliru. Mungkin ini yang dirasakan para pembaca ketika diceritakan banyak konflik dan membuat Thomas terpojok sehingga tidak bisa lagi keluar dari kepungan penjahat. Namun, diakhir ternyata banyak bala bantuan dari teman-temannya. Penulis menginginkan pembaca melihat pada imaji tentang kehidupan realita di tanah air. Seperti kasus yang sedang terjadi diarahkan pada konvensi sebuah partai besar yang beberapa waktu lalu tokoh-tokohnya terjerah kasus Hambalang dan Wisma Atlet. Ketika Anda membaca novel ini, Anda akan heran karena pada pembukaannya diceritakan dua orang petarung tinju yang sedang mempertaruhkan harga dirinya sebagai pemenang. Novel heorik ini sangat memikat karena membuta kita berdebar-debar dengan aksi-aksi Thomas yang dikemas secara menarik dan mengurasi emosi pembaca. Novel ini merupakan sekuel dari “Negeri Para bedebah” karya Tere Liye. . Jika buku sebelumnya Tere Liye membahas borok kapitalisme, kali ini ia mengupas kebobrokan demokrasi. Tere Liye mampu membawa emosi dan imajinasi pembaca dengan aksi-aksi Thomas dalam menghadapi musuh-musuhnya dimulai dari kejar-kejaran, tembak-tembakan, pukul-pukulan, bakar-bakaran. Intensitasnya terjaga, setiap halaman mengandung tensi tersendiri. Para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan. Seorang petarung sejati akan terus melawan kejahatan walaupun dirinya sendiri terjebak dalam berbagai masalah. Meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan. Setahun setelah Thomas berjuang menyelamatkan Bank Semesta, ia telah menambahkan unit bisnis dalam perusahaan konsultannya. Jika dulu ia hanya fokus mengurus strategi keuangan dan instrumen investasi, sekarang Thomas merambah dunia politik. Menjadi konsultan strategi politik, Thomas telah berhasil mengantar dua kliennya memenangkan pemilihan gubernur. Ia sukses menunjukkan bahwa kompetisi politik bisa dimenangkan dengan kalkukasi yang cermat. Bagi Thomas sendiri, politik tidak lebih adalah permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, sebuah industri artifisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. Setahun sebelumnya, setelah kasus penyelamatan Bank Semesta, dalam penerbangan menuju London, Thomas bertemu JD, mantan wali kota dan gubernur yang dikenal sebagai figur muda yang sederhana dan bersih. Pertemuan itu menjadi momen penting dalam hidup Thomas.  Percakapan dengan JD menginspirasi Thomas untuk terlibat dalam dunia politik. Dalam sosok JD Thomas menemukan jawaban dari pertanyaan yang melindap dalam benaknya terkait sosok politikus dengan kemuliaan dan kelurusan hati bak Gandhi atau Nelson Mandela. Maka, Thomas pun menawarkan diri menjadi konsultan strategi demi mewujudkan penegakan hukum yang dikehendaki JD. Dan karena presiden merupakan pemilik komando tertinggi bagi penegakan hukum di Indonesia, cita-cita JD hanya bisa direalisasikan dengan menjadi presiden. Menjelang konvensi partai yang akan mengumumkan secara resmi kandidat presiden dari partai yang menominasikan JD, mendadak terjadi terjadi peristiwa yang tidak diantisipasi Thomas sebelumnya. Terjadi ekskalasi besar-besaran dari peserta konvensi yang ditandai dengan manuver raksasa yang dilakukan pihak lawan JD. Situasi yang berkembang tidak terduga itu membuat JD meminta Thomas yang berada di Hong Kong untuk kembali ke Jakarta. Tapi sebelum Thomas meninggalkan Hong Kong, seusai konferensi mengenai komunikasi dan pencitraan politik, ia ditangkap satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong. Di dalam kapal yang digunakan Opa dan Kadek menjemput Thomas di Makau, ditemukan seratus kilogram bubuk heroin serta setumpuk senjata api dan peledak. Tidak ada hipotesis lain yang terbentuk di benak Thomas selain bahwa kejadian ini adalah salah satu agenda serius yang dijalankan pihak lawan JD. Ditahannya Thomas di Hong Kong, membuat ia tidak bisa hadir di konvensi partai. Untunglah ada Lee, pengusaha Hong Kong yang dikalahkannya dalam pertarungan di Makau. Lee berhasil meloloskan Thomas dan mengatur perjalanan pulang Thomas ke Indonesia. Setibanya di Jakarta, Thomas disambar berita penangkapan kliennya. JD ditetapkan sebagai tersangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjabat sebagai gubernur ibu kota. Penangkapan itu tak pelak lagi disinyalir Thomas sebagai upaya pembunuhan karakter untuk mencemarkan reputasi cemerlang JD. Kemungkinan besar, JD akan didiskualifikasi dari kandidat calon presiden partai. Maka sebelum notifikasi pelariannya dari Hong Kong menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan menobatkannya menjadi buruan internasional, Thomas harus bergerak cepat memperjuangkan nasib kliennya. Ia harus pergi ke Denpasar untuk melakukan konsolidasi para pendukung JD. Tapi hal itu pun tetap tidak mudah. Karena seperti dugaan Thomas, ada kelompok yang disebutnya sebagai mafia hukum, bergerak di belakang setiap kejadian itu. Apakah Thomas bisa menghadiri konvensi partai dan mengembalikan kepercayaan semua pendukung JD? Thomas, mau tak mau, mesti merancang sebuah plot untuk bisa menghadapi tekanan demi tekanan mematikan yang dihadapinya. Tidak hanya berupaya membawa keluar seorang saksi mahkota dari tahanan kepolisian, Thomas pun menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi, untuk menjalankan rencananya. Hingga pada akhirnya ia menyadari, sesungguhnya ia sedang berhadapan dengan para pendiri benteng kekuasaan yang mampu melakukan apa saja demi pencapaian tujuan mereka. Dan sebagai pemimpinnya adalah bedebah yang menyeruak dari puing-puing masa lalu Thomas. Diakhir cerita, Thomas bisa dibilang beruntung karena memiliki teman-teman yang peduli dan peka terhadap pekerjaannya. Thomas mengakhiri konfliknya dan mendapat bantuan dari teman-temannya saat sedang terpojok. Novel “Negeri di Ujung Tanduk” menarik untuk dibaca karena terdapat sentuhan politik yang dituangkan dalam kata-katanya. Kalimat-kalimat yang pilih pun menarik dan mengalir begitu saja. pembaca seakan disuguhkan kejadian yang benar-benar terjadi dalam kehidupan. Belum lagi aksi heroik yang dilakukan Thomas bersama temannya, membuta pembaca hanyut dalam situasi yang terjadi. Bagi Thomas sendiri, politik tidak lebih adalah permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, sebuah industri artifisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. Tere Liye ingin mempertegas melalui sastra bahwa politik hanya menganduk kepemimpinan dan kekuasaan saja. selain itu politik akan menimbulkan keangkuhan, kesombongan, cemoohan, dan sifar iri hati. Politik hanya berisi omong kosong yang dilakukan agar mencapai kemenangan. Tere Liye ingin menyampaikan bahwa penegakan hukum di tanah air, Indonesia memang masih sangat lemah. Hal ini terbukti dari berbagi kasus korupsi yang terjadi hingga berlarut-larut belum juga tuntas. Dan lagi fasilitas penjara yang membedakan orang-orang yang melakukan korupsi dengan yang tidak. Orang-orang yang melakukan korupsi seperti Om Liem, Paman Thomas, memiliki fasilitas penjara yang tidak layak untuk disebut penjara. Om Liem terjerat kasus korupsi dan dijadikan tersangka korupsi. Kehidupannya cukup enak di dalam penjara karena apapun yang dia inginkan sudah tersedia. Kita terlalu sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak memperdulikan lagi hal-hal sepela yang akan berakibat buruk ke depannya. Tere Liye mengibaratkan bahwa negeri ini sedang berada di ujung tanduk. Dia tidak menyebutkan negeri ini di mana, namun di dalam ceritanya dia menyebutkan kita Jakarta dan Bali. Memang ini merupakan refleksi dari kehidupan kita. Untuk itu mulailah dengan peduli dengan sesama karena rasa kepedulian saat ini mulai menghilang dari masyarakat. Hal kecil yang kadang terabaikan bisa merubah masa depan. begitu juga dengan politik yang tidak pernah ada habisnya jika dibahas. Bahkan sekarang ini politik tidak segan untuk ‘membunuh’ sesama, saling membodohi, dan memperbudak.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/oktiwul/resensi-novel-negeri-di-ujung-tanduk-karya-tere-liye_552a447ef17e617c74d623c1

Resep Membuat Sempol


Hasil gambar untuk sempol
Sekilas tampilan mirip seperti dengan cilok hanya saja cara penyajian cilok hanya  direbus saja langsung bisa dinikmati dan berbentuk bulat sedangkan  sempol setelah direbus masih ada proses menggoreng sebelum makanan ini dihidangkan. Hal inilah yang menjadikan sempol sangat disukai karena rasanya yang sangat gurih dan enak
Dari segi bahan yang dipergukanan pun juga berbeda cilok biasanya hanya menggunakan bahan dasar tepung kanji, sedangkan sempol sendiri mempunyai bahan dasar tepung yang dicampur dengan gilingan daging ayam yang telah dicacah halus sebelumnya.tetapi masih ada persamaan keduanya sama sama nikmat dinikmati bersama saus tomat maupun saus sambelnya.
Nah itu tadi ulasan tentang jajanan yang tergolong sangat unik dari segi tampilan dan namanya, yaitu sempol. Pada sekmen kali ini kita akan membahas tentang cara membuat sempol, agar bunda bisa membuat jajanan ini sendiri dirumah untuk sikecil dan juga keluarga dirumah. Meskipun memang sudah banyak kita ketahui banyak sekali yang pedagang yang menjualnya, taka ada salahnya jika bunda membuat dirumah dengan kreasi dan tentunya makanan yang dihasilkannya pun terjamin kebersihan dalam mkanan  tersebut.
Cara dan bahanya pun sangat mudah, saya yakin bunda tidak kesulitan untuk menggolahnya, dari pada panjang lebar segera kita intip bersama sama apa saja yang menjadi bahan makanan yang fenomenal dari daerah kelahiran saya yaitu kota Malang.

Bahan bahan membuat sempol;

  • 50 gr tepung terigu
  • 100 gr tepung sagu tani atau tepung tapioka
  • 1 sendok teh lada bubuk
  • 1 sendok teh saus tiram jika suka
  • 1 sendok teh garam
  • 50 ml air panas
  • Kurang lebih 100gr daging ayam yang telah dipisahkan daging dan tulangnya keemudian haluskan,
  • 1 butir telur, kocok lepas

Proses membuat sempol;

  • Daging ayam yang telah dihaluskan masukkan kedalam wadah
  • Kemudian tambahkan tepung kedalam daging juga semua bumbu seperti lada, saus tiram, garam aduk semua bahan sampai adonan rata juga jangan lupa menambahkan air panas kedalamnya, aduk kembali semua bahan dengan cara menguleninya sampai adonan tersebut berubah menjadi kalis
  • Selanjutnya ambil sedikit bagian dan lilitkan ditusukan sate yang berukuran agak besa yang telah dipersiapkan terlebih dahulu ( tusukan ini kita bisa membeli yang sudah jadi yang banyak dijual di toko penjual tusukan sate)
  • Rebus adonan yang telah dililitkan sampai adonan matang, lalu angkat dan tiriskan
  • Sempol siap digoreng apa bila sempol telah tiris dan dingin
  • Goreng setengah matang angkat kemudian masukkan kedalam kocokan telur lanjutkan menggoreng sempol sampai kering dan berubah menjadi kecoklatan
  • Sempol siap disajikan bersama saus tomat maupun saus sammabal bahkan juga dengan mayonaise sekali pun


sumber: http://www.kulinersehat.com/resep-membuat-sempol-enak-dan-gurih/

Sinopsis Novel Tere Liye : PULANG



Pulang,Tere Liye

Gambar terkait


Data Buku 
Judul buku : Pulang
 Penulis : Tere Liye 
Editor : Triana Rahmawati 
Penerbit : Republika Penerbit
 Tebal buku : iv + 400
 hal. ; 13.5 x 20.5 cm
 Kota terbit : Jakarta 
Tahun terbit : November 2015 
cetakan VIII 

“Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibandingkan di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati mamak dibanding di matanya.” Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit. *** Pulang. Satu kata yang biasa diartikan kembali pada tempat teakhir setelah merasa lelah, butuh tempat istirahat dan penenang jiwa setelah semua urusan telah selesai. Pulang juga biasa diartikan kembalinya diri pada tempat perlindungan yang lebih ketika diri mulai merasa tidak aman, butuh bantuan dan tempat istirahat yang nyaman. Sama halnya dengan novel terbaru Tere Liye tahun ini, kembali pada tempat terakhir setelah merasa lelah, butuh tempat istirahat dan penenang jiwa setelah semua urusan telah selesai. Namun, kali ini bukanlah pulang dengan perjalanan seperti pada umumnya. Sebab pulang kali ini adalah petualangan yang sangat berkesan melewati pertarungan demi pertarungan, melalui kejutan demi kejutan. Namanya Bujang, bocah berusia lima belas tahun yang sama dengan bocah-bocah seusianya. Lahir dan besar di kampung pedalaman Sumatra, atas didikkan keras dan lembut bapak-mamaknya. Bapaknya bernama Samad, seorang mantan jagal tersohor yang meninggalkan masa lalu hitamnya. Mamaknya sendiri bernama Midah, seorang keturunan pemuka agama. Bujang sama dengan bocah-bocah di kampungnya, senang bermain di hutan, berjahil dan selalu ingin tahu pembicaraan orang dewasai. Dididik membaca, berhitung, mengaji, azan dan sholat juga lain sebagainya. Namun satu hal yang membuat Bujang amat berbeda dengan bocah-bocah seusianya. Bujang tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan. Bujang hanya memiliki empat emosi, Bujang tidak punya rasa takut.   Semuanya bermula saat Tauke Muda menginjakkan kakinya di tanah kelahiran Bujang. Tauke Muda datang dengan satu rombongannya, datang dari kota untuk melakukan perburuan besar-besaran. Mereka akan memburu babi hujan yang akhir-akhir ini berhasil meresahkan warga. Sorenya, atas izin bapak dan mamaknya–yang sedikit tidak rela, Bujang ikut satu rombongan Tauke Muda ke hutan. Mereka akan melakukan perburuan besar-besaran yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Seperti pesan mamaknya, Bujang hanya boleh menonton perburuan di hutan, tidak diizinkan lebih seperti ikut melawan babi-babi hutan. Dengan membawa tompak dari kayu trembesi dengan ujung logam tajam yang dipinjamkan bapaknya, Bujang akhirnya berangkat. Mulai mendaki lereng, melewati jalanan setapak, menuju jantung rimba Sumatra. Persis malam itu, pada puncak perburuan. Dada bujang telah dibelah, rasa takut telah dikeluarkan dari sana. Malam itu juga Bujang menyadari, warisan leluhurnya yang menakjubkan, bahwa dia tidak mengenal lagi definisi rasa takut. Esoknya Tauke Muda meminta izin membawa Bujang ke kota, sekali lagi dengan berat hati sang mamak harus merelakan kepergian Bujang ke kota, ikut dengan rombongan Tauke Muda. Mamaknya sekali lagi berpesan, Bujang harus menjaga perutnya dari daging babi dan tuak juga segala macam makanan-minuman haram. Setelah mendapat izin dari bapak dan mamaknya, berangkatlah Bujang ke kota bersama rombongan Tauke Muda. Sampai di kota Bujang dilayani dengan sangat terhormat. Dia diangkat sebagai anak angkat Tauke Muda yang ternyata telah menjadi Tauke Besar, hanya saja bapaknya masih memanggilnya dengan sebutan Tauke Muda. Kemudian ada Basyir, orang pertama yang ditemui Bujang saat berada di kota sekaligus teman pertama Bujang. Remaja berusia enam belas tahun, memiliki tubuh tinggi besar, kulit gelap, perawakan khas Arab dan tinggal di rumah Tauke Besar sejak kecil. Basyir sangat senang berbicara, dia paling senang menceritakan sejarah leluhurnya tentang suku Bedouin. Di kota, Tauke Besar berusaha membuat Bujang dapat menyusul ketertinggalan di sekolah sebab di kampungnya dia tidak pernah mencicipi bangku sekolah. Bersama Frans, seorang mantan diplomat yang kini telah menjadi guru di sekolah internasional ibu kota, Bujang memulai sekolahnya. Mulai dari belajar pelajaran pengetahuan umum, logika, matematika dan potensi akademik lainnya. Awalnya Bujang bersabar menunggu jatahnya untuk menjadi tukang pukul, mungkin belajar bersama Frans adalah salah satu proses sebelum menjadi tukang pukul, namun lambat laun Bujang merasa heran dan bosan, Bujang ingin seperti Basyir yang dapat ikut para tukang pukul kesana kemari menghabisi beberapa orang yang merewelkan di luar sana. Namun Tauke Besar tidak mengizinkan. Sayangnya bukan Bujang jika dia tidak menentang, persis seperti Samad bapaknya Bujang terus menuntut tidak ingin sekolah dengan Frans. Akhirnya Tauke Besar mengalah, dengan satu perjanjian kecil Bujang akhirnya diizinkan. Melakukan suatu ritual yang biasa di lakukan para tukang pukul. Setelah melakukan ritual ternyata Bujang kalah, sesuai perjanjian jika Bujang kalah dia akan sekolah dengan Frans. Dengan berat hati Bujang pun mengikuti sekolah dengan Frans. Kopong, salah satu petinggi tukang pukul, meminta izin Tauke Besar untuk melatih Bujang, Tauke pun mengizinkan agar Bujang semakin bersemangat belajar akademiknya. Dengan dua guru kiriman kopong, satu bernama Guru Bushi dan satunya Solanga. Bujang mulai melatih keahliannya. Dua puluh tahun kemudian, Bujang telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah, menjadi jagal dunia hitam, seorang jagal nomor satu. Jenius, kuat, dan tidak mengenal rasa takut. Bujang berhasil menyusul ketertinggalannya dan menyelesaikan sekolah terakhirnya di luar negeri sebagai salah satu lulusan terbaik. Bujang tumbuh menjadi pemuda yang hebat, cerdik dan penuh ide-ide cemerlang. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu Negara ke Negara lainnya. bertemu orang-orang petinggi sampai calon presiden. Bujang telah hebat, dia diberi julukan si babi hutan. Menjadi bagian dari Keluarga Tong, salah satu keluarga penguasa shadow economy. Setelah Keluarga Tong telah berkembang pesat, bau pengkhianat mulai tercium. Di sanalah rasa takut Bujang mulai tergoyah. Bujang merasa lalai pada dirinya sendiri. Bahwa pengkhianat itu ternyata berada di sekitar Bujang, menjadi bagian dari keluarga besarnya. Siapakah sosok pengkhianat tersebut? Dimanakah letak ‘pulang’ dalam cerita? Takdir apa yang telah menunggu Bujang? Apa yang sebenarnya ingin Tere Liye sampaikan dalam novel ini? *** Awal mula saya tahu novel pulang sendiri dari akun pribadi Tere Liye. Setelah membaca beberapa kutipan dari Tere Liye saya langsung penasaran. Pengalaman membaca Negeri Para Bedebah yang biasa dibilang cerita aksi yang jenius, saya merasa jika novel terbaru Tere Liye kali ini tidak jauh-jauh dengan Negeri Para Bedebah. Dan benar saja, ada beberapa kemiripan antara Pulang dengan Negeri Para Bedebah–untuk saya pribadi. Mulai dari karakter tokoh utama yang hampir mirip, kecerdasar tokoh utama dan sedikit mengusung bagian politik ekonomi. Sedikit cerita menyedihkan, karna saya sedang tidak ada biaya untuk membeli sendiri novel pulang dan perpustakaan sekolah sama sekali belum menyediakan, akhirnya dengan rasa senang, saya meminjam milik teman kelas sebelah yang sama sekali belum membaca Pulang yang baru dia beli, singkatnya saya pembaca pertama novel miliknya. Seperti yang saya tuliskan di atas, jadi, novel Tere Liye kali ini menceritakan tentang kisah Bujang sendiri dengan sudut pandang orang pertama juga alur maju mundur. Perjalanan Bujang dari usia lima belas tahun sampai saat ini, saat dia telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah, menjadi jagal dunia hitam, seorang jagal nomor satu. Jenius dan kuat. Satu hal yang membuat saya cukup penasaran adalah saat Tere Liye menceritakan tokoh Bujang yang tidak memiliki rasa takut sama sekali. Wajar saja saya merasa penasaran, sebab saya sendiri memiliki rasa takut yang sangat besar, dan pada beberapa bagian sebelum akhir saya baru menemukan jawaban atas ketidakpunyaan Bujang pada rasa takut. Untuk karakter Bujang sendiri saya sangat suka, sejak awal membaca saya sudah tertarik dengan karakter Bujang, terlebih dengan penggunaan sudut pandang orang pertama, membuat saya dengan mudah masuk ke dalam cerita. Dan jujur saja, saya begitu menyukai Bujang dalam artian jatuh cinta, mungkin dikarenakan Tere Liye menuliskan karakter Bujang dengan karakter yang hampir mencapai sempurna–membuat perempuan langsung jatuh cinta. Saya juga menyukai atau bisa dibilang terkesan dengan beberapa karakter tambahan seperti Tauke Besar, Bapak, Mamak, Basyir, Guru Bushi, Salonga dan yang lainnya. Selain itu saya juga suka dengan novel terbaru Tere Liye kali ini yang sekali pun mengusung genre aksi namun memiliki nilai tambahan untuk bagian komedinya terlebih pada bagian saat Bujang bersama si kembar Yuki dan Kiko. Menurut saya karakter Yuki dan Kiko benar-benar bisa mengocok perut, jika boleh jujur saya sampai tertawa membaca bagian itu. Mereka seperti bisa mencairkan suasana sekali pun sering membuat White teman Bujang agak kesal dan menciptakan pertengkaran dengan White sendiri. Awalnya saya sangat penasaran dengan judulnya sendiri, kenapa berjudul Pulang. Saya menebak jika apakah Tere Liye berniat menceritakan kisah pulang ke rumah bapak-mamaknya atau pulang dari perjalanan yang panjang. Ternyata pada beberapa bagian sebelum akhir saya baru tahu jika pulang yang dimaksudkan Tere Liye adalah pulang pada panggilan Tuhan. Saya sangat terkesan dengan pembawaan Tere Liye yang bisa memadukan cerita aksi dengan cerita religius yang mampu menggugah hati. Tere Liye mampu menciptakan suasana yang begitu apik dalam cerita. Dan pada bagian tertentu saya bisa meneteskan air mata saking masuknya ke dalam cerita. Untuk kekurangannya mungkin saya sulit mengungkapkan, namun sebisa mungkin saya akan mengungkapkan. Kekurangan novel ini dari saya pribadi adalah untuk istilah-istilah yang digunakan Tere Liye seperti cash cow, helipad dan lain sebagainya sulit dipahami oleh orang awam termasuk saya sendiri. Nah, bagi saya pribadi sepertinya novel ini dapat ditujukan untuk semua orang, kalangan umum. Mulai dari remaja sampai orang tua. Terlebih untuk beberapa orang yang ingin mengerti makna ‘pulang‘ yang sesungguhnya. Novel ini juga bisa ditujukan untuk beberapa orang yang ingin terjun ke dunia politik, atau para mahasiswa fakultas ekonomi. Untuk novel pulang, saya memberikan nilai 4 dari 5 bintang. Mendekati sempurna. 
Berikut ini beberapa kutipan kesukaan saya : Inilah hidupku, dan aku tidak peduli apa pun penilaian kalian. Toh, aku hidup bukan untuk membahagiakan orang lain, apalagi menghabiskan waktu mendengar komentar kalian. (Hal. 1)
 Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu, Nak. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah.
 (Hal. 339) 
Ketahuilah, Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran. (Hal. 340)

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/nindalotus/resensi-novel-pulang-karya-tere-liye_5676046bb57a61760e82ac53

Resensi Novel Laskar Pelangi

Laskar Pelangi 
Hasil gambar untuk resensi novel laskar pelangi
Judul Buku      : Laskar Pelangi
Penulis             : Andrea Hirata
Negara             : Indonesia
Bahasa             : Indonesia
Genre               : Roman
Penerbit           : Yogyakarta: Bentang Pustaka
Tanggal terbit   : 2005
Halaman          : xxxiv, 529 halaman
ISBN                : ISBN 979-3062-79-7
Resensi
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah:
1)      Ikal
2)      Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara
3)      Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah
4)      Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam
5)      A Kiong;Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman
6)      Syahdan; Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz
7)      Kucai; Mukharam Kucai Khairani
8)      Borek alias Samson
9)      Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari
10)  Harun; Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan
Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.
Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Naskah Laskar Pelangi telah diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama dengan bukunya.Film Laskar Pelangi akan diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza.
Laskar Pelangi adalah karya pertama dari Andrea Hirata. Buku ini segera menjadi Best Seller yang kini kita ketahui sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.
Sinopsis
Cerita terjadi di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai darisanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!
Mereka, Laskar Pelangi – nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi – pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini!
Tokoh-tokoh yang muncul dalam Laskar Pelangi: Laskar Pelangi
1) Ikal : Tokoh ‘aku’ dalam cerita ini. Ikal yang selalu menjadi peringkat kedua memiliki teman sebangku bernama Lintang, yang merupakan anak terpintar dalam Laskar Pelangi. Ia berminat pada sastra, terlihat dari kesehariannya yang senang menulis puisi. Ia menyukai A Ling, sepupu dari A Kiong, yang ditemuinya pertama kali di sebuah toko kelontong bernama Toko Sinar Harapan. Pada akhirnya hubungan mereka berdua terpaksa berakhir oleh jarak akibat kepergian A Ling ke Jakarta untuk menemani bibinya.
2) Lintang : Teman sebangku Ikal yang luar biasa jenius. Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin yang tidak memiliki perahu dan harus menanggung kehidupan 14 jiwa anggota keluarga. Lintang telah menunjukkan minat besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada di sekolah. Ia selalu aktif didalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli matematika. Sekalipun ia luar biasa pintar, pria kecil berambut merah ikal ini pernah salah membawa peralatan sekolahnya. Cita- citanya terpaksa ditinggalkan agar ia dapat bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya semenjak ayahnya meninggal.
3) Sahara : Satu-satunya gadis dalam anggota Laskar Pelangi. Sahara adalah gadis keras kepala berpendirian kuat yang sangat patuh kepada agama. Ia adalah gadis yang ramah dan pandai, ia baik kepada siapa saja kecuali pada A Kiong yang semenjak mereka masuk sekolah sudah ia basahi dengan air dalam termosnya.
4) Mahar : Pria tampan bertubuh kurus ini memiliki bakat dan minat besar pada seni. Pertama kali diketahui ketika tanpa sengaja Bu Muslimah menunjuknya untuk bernyanyi di depan kelas saat pelajaran seni suara. Pria yang menyenangi okultisme ini sering dipojokkan teman-temannya. Ketika dewasa, Mahar sempat menganggur menunggu nasib menyapanya karena tak bisa ke manapun lantaran ibunya yang sakit-sakitan. Akan tetapi, nasib baik menyapanya dan ia diajak petinggi untuk membuat dokumentasi permainan anak tradisional setelah membaca artikel yang ia tulis di sebuah majalah, dan akhirnya ia berhasil meluncurkan sebuah novel tentang persahabatan.
5) A Kiong : Anak Hokian. Keturunan Tionghoa ini adalah pengikut sejati Mahar sejak kelas satu. Baginya Mahar adalah suhunya yang agung. Kendatipun pria kecil ini berwajah buruk rupa, ia memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati, serta suka menolong pada siapapun kecuali Sahara. Namun, meski mereka selalu bertengkar, ternyata mereka berdua saling mencintai satu sama lain.
6) Syahdan : Anak nelayan yang ceria ini tak pernah menonjol. Kalau ada apa-apa dia pasti yang paling tidak diperhatikan. Misalnya ketika bermain sandiwara, Syahdan hanya kedapatan jadi tukang kipas putri dan itupun masih banyak kesalahannya. Syahdan adalah saksi cinta pertama Ikal, ia dan Ikal bertugas membeli kapur di Toko Sinar Harapan semenjak Ikal jatuh cinta pada A Ling. Syahdan ternyata memiliki cita-cita yang tidak pernah terbayang oleh Laskar Pelangi lainnya yaitu menjadi aktor. Dengan bekerja keras pada akhirna dia menjadi aktor sungguhan meski hanya mendapatkan peran kecil seperti tuyul atau jin… Setelah bosan, ia pergi dan kursus komputer. Setelah itu ia berhasil menjadi network designer.
7) Kucai : Ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Ia menderita rabun jauh karena kurang gizi dan penglihatannya melenceng 20 derajat, sehingga jika ia menatap marah ke arah Borek, maka akan terlihat ia sedang memperhatikan Trapani. Laki-laki ini sejak kecil terlihat bisa menjadi politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di DPRD Belitong.
8) Borek : Pria besar maniak otot. Borek selalu menjaga citranya sebagai laki-laki macho. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko milik A Kiong dan Sahara.
9) Trapani : Pria tampan yang pandai dan baik hati ini sangat mencintai ibunya. Apapun yang ia lakukan harus selalu didampingi ibunya, seperti misalnya ketika mereka akan tampil sebagai band yang dikomando oleh Mahar, ia tidak mau tampil jika tak ditonton ibunya. Cowok yang bercita- cita menjadi guru ini akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa karena ketergantungannya terhadap ibunya.
10) Harun : Pria yang memiliki keterbelakangan mental ini memulai sekolah dasar ketika ia berumur 15 tahun. Laki-laki jenaka ini senantiasa bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga dan melahirkan tiga anak yang masing-masing berbelang tiga pada tanggal tiga kepada Sahara dan senang sekali menanyakan kapan libur lebaran pada Bu Muslimah. Ia menyetor 3 buah botol kecap ketika disuruh mengumpulkan karya seni kelas enam.

Tokoh-tokoh Lain
1) Bu Muslimah : Bernama lengkap N.A. Musimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid. Dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Wanita lembut ini adalah pengajar pertama Laskar Pelangi dan merupakan guru yang paling berharga bagi mereka.
2) Pak Harfan : Nama lengkap K.A. Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor. Kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyah. Ia adalah orang yang sangat baik hati dan penyabar meski murid-murid awalnya takut melihatnya.
3) Flo : Bernama asli adalah Floriana, seorang anak tomboi yang berasal dari keluarga kaya. Dia merupakan murid pindahan dari sekolah PN yang kaya dan sekaligus tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian dari laskar pelangi. Awal pertama kali masuk sekolah, ia sempat membuat kekacauan dengan mengambil alih tempat duduk Trapani sehingga Trapani yang malang terpaksa tergusur. Ia melakukannya dengan alasan ingin duduk di sebelah Mahar dan tak mau didebat.
4) A Ling : Cinta pertama Ikal yang merupakan saudara sepupu A Kiong. A Ling yang cantik dan tegas ini terpaksa berpisah dengan Ikal karena harus menemani bibinya yang tinggal sendiri.
  • Kelemahan
Kelemahannya yaitu penggunaan nama-nama ilmiah dalam cerita- ceritanya. Hal ini membuat pembaca kurang nyaman dalam membaca. Apalagi glosarium diletakkan di bagian belakang novel. Hal ini menambah ketidakpraktisan memahami istilah-istilah ini. Selain itu, imajinasi pembaca bisa terhambat jika mereka tak memahami istilah-istilah tersebut.
Alurnya yang tidak jelas. Tidak seperti Harry Potter atau Ayat-Ayat Cinta dengan alur yang enak diikuti, cerita-cerita dalam Laskar Pelangi ini alur waktunya dibolak-balik sehingga membingungkan pembaca. Apalagi tidak disebutkan tahun berapakah tiap-tiap peristiwa itu terjadi.

  • Kelebihan
Kelebihannya buku ini menceritakan tentang persahabatan dan setia kawanan yang erat dan juga mencakup pentingnya pendidikan yang begitu mendalam. Serta kisahnya yang mengharukan.
  • Kesimpulan
Dari novel yang di buat oleh Andre Hirata ini, saya dapat mengambil beberapa pelajaran hidup yang penting, salah satunya kita harus benar-benar menghargai hidup, menghargai semua pemberian Tuhan, tidak pantang menyerah bila menginginkan sesuatu, dan tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita mau dan berusaha. Dan satu lagi, pintar tidak menjamin kita untuk selalu sukses, seperti cerita pada tokoh lintang, dia anak yang pintar, namun diakhir cerita dia menjadi seorang supir truk, disini
saya dapat mengambil kesimpulan, bahwa semua kehidupan manusia sudah ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan. Semua yang kita kerjakan tidak lepas dari campur tangan Tuhan.
  • Saran
Berikut beberapa saran dari saya, penggunaan nama-nama ilmiah dikurangi, agar para pembaca nyaman dalam membaca dan memahami maknanya serta menyebutkan tahun di tiap-tiap peristiwa yang terjadi agar tidak membuat pembaca bingung dengan alurnya.





sumber:https://hamidcell.wordpress.com/kumpulan-makalah/resensi-novel-laskar-pelangi/

Romusha pada Jajahan Jepang

ROMUSHA

Hasil gambar untuk proses kerja romusha

1.      Latar belakang terjadinya Romusha.

Romusha ("rōmusha": "buruh", "pekerja") adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.Romusha adalah sebuah kata Jepang yang berarti semacam “serdadu kerja”, yang secara harfiah diartikan sebagai seorang pekerja yang melakukan pekerjaan sebagai buruh kasar. Tujuan Jepang melakukan tanam paksa atau Romusha yaitu, untuk persiapan perang Asia Timur Raya serta memenuhi kebutuhan tentara jepang, untuk lebih jelasnya lagi akan di bahas sebagai berikut: Pada mulanya tugas-tugas yang dilakukan itu bersifat sukarela dan pengerahan tenaga tersebut tidak begitu sukar dilakukan karena orang masih terpengaruh oleh propaganda “untuk kemakmuran bersama Asia Timur Raya”.
Luasnya daerah pendudukan Jepang, menyebabkan Jepang memerlukan tenaga kerja yang sebanyak-benyaknya untuk membangun sarana pertahanan berupa kubu-kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan raya dan jembatan. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara seperti Birma, Muangthai, Vietnam, Malaysia, danSerawak.

2.      Ketenaga kerjaan Romusha

Dalam sidangnya yang pertama, Chuo Sangi In mengusulkan beberapa syarat antara lain  supaya dibentuk badan-badan yang memotivasi rakyat menjadi tenaga sukarela, melalui kerja sama dengan bupati, wedana, camat dan kepala desa untuk pengerahan tenaga kerja (buruh) sekarela diperusahaan-perusahaan bala tentara Jepang. Namun dalam pelaksanaannya persyaratan yang disampaikan oleh Chuo Sangi In itu diabaikan. Pada hakikatnya mereka tidak lebih dari pekerja paksa. Seperti halnya di Yogyakarta, tepatnya di desaTimbul Harjo, Bantul, pengerahan romusha dilakukan oleh perangkat desa dengan cara mendatangi keluarga-keluarga yang memiliki tenaga potensial untuk dijadikan romusha. Keluarga yang menolak, mereka ditakut-takuti akan dikucilkan. Jika anak yang diminta itu tidak berada dirumah, mereka biasanya mencari kesawah dan kalau sudah ketemu dibawa secara paksa ketempat pengerahan.
Selama berada di tempat kerja sampai pulang ke kampung halamannya, ternyata romushamendapat fasilitas sangat minim dan banyak yang tidak diberiupah, tetapi tidak dapat menuntut karena memang tidak ada perjanjian kerja tertulis. Mereka dikerahkan menjadi tenaga kerja paksa dan buruh yang diberi upah selayaknya. Sebelum penyerahan Belanda kepada Jepang tanggal 8 Maret 1942, Jepang
telah memperhitungkan bahwa Pulau Jawa akan mampu menyediakan tenaga manusia dalam jumlah yang memadai untuk memenangkan perang. Perhitungan itu didasarkan atas kenyataan bahwa jumlah penduduk di Pulau Jawa sangat banyak, ditambah lagi dengan pertumbuhannya yang begitu pesat. Sehingga  Jepang tidak bakal mengalami kesulitan dalam hal kebutuhan tenaga kerja romusha, karena disamping itu jumlah persediaan manusia cukup juga biaya murah. Tenaga diambil secara paksa, dan tidak perlu banyak pengeluaran biaya baik untuk makan maupun pengobatan. Begitu pula untuk mencari pengganti bagi tenaga romusha yang mati, karena di Jawa terdapat persediaan manusia cukup banyak. Berdasarkan pola pemikiran itulah maka  Jepang dengaleluasan memanfaatkan tenaga manusia yang ada di PulauJawa dan dengan matinya beribu-ribu romusha seakan-akan tidak menjadi beban  moral.
Jumlah orang-orang yang menjadi romusha diperkirakan mencapai 4-10 juta orang. Tenaga romusha diperoleh dari desa-desa di Jawa yang padat penduduknya melalui program Kinrohosi/kerjabakti. Pada awalnya mereka melakukannya dengan sukarela, lambat laun karena terdesak perang Pasifik maka pengerahan tenaga diserahkan pada panitia pengerahan (Romukyokai) yang ada di setiapdesa. Waktu itu setiap kepala keluarga diwajibkan menyerahkan seorang anak lelakinya untuk berangkat menjadi romusha. Namun bagi golongan masyarakat kaya seperti pedagang, pejabat, orang-orang Cina dapat menyogok pejabat pelaksana pengerahan tenaga atau dengan membayar kawan sekampung yang miskin untuk menggantikannya sehingga terhindar dari kewajiban untuk menjadi romusha.
Pemerintah jepang terus melancarkan kampanye pengerahan romusha yang diberi sebutan "“ perajurit ekonomi “" atau "“ pahlawan kerja “" yang digambarkannya sebagai orang yang sedang menjalani tugas suci guna memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada waktu itu pemerintah berhasil mengerahkan romusha keluar jawa sebanyak 300.000 orang, sedangkan sekitar 70.000 orang dalam keadaan yang menyedihkan.

3.      Kekejaman Romusha

Pada pertengahan tahun 1943, para romusa semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusa romusa ini digunakan sebagai tenaga swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada situasi seperti ini, permintaan terhadap romusa semakin tak terkendali.
Jika kita melihat angka tahunnya, proyek romusa di Indonesia be rjalan dalam tempo dua tahun. Bukanlah waktu yang pendek untuk menghasilkan penderitaan dan kematian sebagaimana yang terungkap dalam data diatas. Barulah pada tahun 1945, Hindia Belanda merdeka menjadi Indonesia, serta mengakhiri proyek dan impian kolonialisasi Jepang.
PM Jepang Junichiro Koizami menyampaikan permintaan maaf yang mendalam atas kekejaman balatentaranya pada Perang Dunia II (1942-1945) yang mengakibatkan penderitaan rakyat di kawasan Asia. Permintaan maaf tersebut disampaikan saat bertemu Presiden RRC Hu Jintao di se la-sela KTT Asean 2005 di Jakarta.
Tampaknya, permintaan maaf itu tidak hanya ditujukan pada Cina dan Korea Selatan, tapi juga negara Asia termasuk Indonesia yang diduduki Jepang saat PD II. Akibat penjajahan Jepang selama tiga setengah tahun rakyat Indonesia mengalami penderitaan luar biasa.
Hanya di awal pendudukan, Jepang bersikap baik. Setelah itu mereka sangat kejam. Makanan, pakaian, barang, dan obat-obatan menghilang dari pasaran. Karena sulit pakaian, banyak rakyat memakai celana terbuat dari karung goni. Sedangkan wanita menggunakan kain dari karet yang panas menempel di tubuh. Hanya orang berada yang memiliki baju seadanya. Yang paling menyedihkan, rakyat sulit mendapat obat-obatan. Termasuk di rumah-rumah sakit. Mereka yang menderita koreng dan jumlahnya banyak sekali, sulit mendapatkan salep. Terpaksa uang gobengan di gecek dan ditemplok ke tempat yang sakit sebagai ganti perban.
Sepeda kala itu bannya terbuat dari karet, atau ‘ban mati’. Di sekolah-sekolah buku tulis terbuat dari kertas merang. Potlot dari arang, hingga sulit sekali menulis. Masa itu, banyak orang berebut makanan bekas di bak-bak sampah. Bila ada mayat di jalan tidak lagi mengagetkan. Jepang mengajarkan rakyat makan bekicot yang oleh orang Betawi disebut ‘kiong racun’. Radio yang hanya dimiliki beberapa gelintir orang disegel. Hanya boleh mendengarkan siaran pemerintah Dai Nippon. Ketahuan menyetel siaran luar negeri dapat hukuman berat. Orang akan bergidik bila mendengar Kempetai atau polisi militer Jepang.
Pada malam hari seringkali terdengar sirene kuso keho sebagai pertanda bahaya serangan udara dari tentara sekutu. Rakyatpun setelah memadamkan lampu cepat-cepat pergi ke tempat perlindungan. Di halaman rumah-rumah kala itu digali lobang untuk empat atau lima orang bila terdengar sirene bahaya udara.
Kekejeman Jepang itu pernah difilmkan dengan judul Romusha, istilah Jepang yang berarti pekerja paksa. Film produksi 1972 yang telah lolos sensor itu tidak beredar karena ditahan oleh Deppen. Alasannya, mengganggu hubungan Indonesia-Jepang. Pada masa Orba, kebijakan pemerintah sulit dilawan. Meskipun ada sedikit protes dari pihak perfilman, tapi Deppen yang mendapat perintah dari ‘atasan’ tidak meladeninya. Konon, larangan film tersebut, seperti dituturkan produsernya Julies Rofi’ie, atas tekanan pemerintah Jepang.
Ratusan ribu tenaga kerja romusha dikerahkan dari pulau Jawa ke luar Jawa, bahkan ke luar wilayah Indonesia. Mereka diperlakukan tidak manusiawi sehingga banyak yang menolak jadi romusha. Dan, Jepang pun menggunakan cara paksa: setiap kepala daerah harus menginventarisasikan jumlah penduduk usia kerja, setelah mereka dipaksa jadi romusha. Ribuan romusha dikerahkan ke medan pertempuran Jepang di Irian, Sulawesi, Maluku, Malaysia, Thailand, Burma dan beberapa negara lainnya. Banyak kisah-kisah sedih yang mereka alami di hutan belukar, hidup dalam serba kekurangan dan di tengah ancaman bayonet. Sampai kini masih banyak eks romusha korban PD II mengajukan klaim agar Jepang membayar konpensasi gaji mereka yang tidak dibayar selama jadi romusha.

4.      Dampak Romusha.

Romusha memberikan akibat yang mendalam bagi bangsa indonesia meskipun Jepang menjajah Indonesia hanya seumur jagung apa yang dikatakan oleh ramalan Joyoboyo, atau lebih tepatnya 3 ½ tahun jepang menjajah indonesia yaitu pada tahun 1942-1945 tetapi dalam waktu yang sesingkat itu memumbuhkan dampak yang sangat mendalam bagi bangsa indonesia karena pada waktu itu sangat menderita dengan adanya romusha rakyat indonesia hidup bagaikan tulang tanpa daging pakaian compang-camping kelaparan dimana-mana atau rakyat indonesia dibawah titik nadir masyarakat yang terbelakang, miskin, teringgal untuk lebih khusus lagi akan dipaparkan dampak dari Romusha sebagai berikut:
A.     Bidang Ekonomi:
 Keadaan ekonomi di Indonesia mengalami kemerosotan. Penyebabnya antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Para penyuluh pertanian bukan tenaga-tenaga ahli pertanian.
b.      Hewan-hewan yang berguna bagi pertanian banyak yang dipotong.
c.       Kurangnya tenaga kerja petani karena banyak yang dijadikan romusha.
d.      Banyaknya penebangan hutan liar.
e.       Kewajiban menyerahkan hasil bumi.

B.     Bidang Sosial dan Budaya:

            kepala–kepala desa dan camat yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan itu sering menunjukkan untuk menjadi romusha dipilih orang–orang yang tidak mereka sukai atau dipilih orang yang ditakuti oleh masyarakat desa setempat. Berjuta- juta rakyat menderita kelaparan dan serba kekurangan.Dijalankannya program kerja tanam paksa romusha lebih menambah hancurnya perasaan ketentraman masyarakat jawa. Pengaruh buruk dari sistem romusha itu masih ditambah lagi oleh pelaksanaan setempat yang memungkinkan dapat dibelinya pengecualian atau kewajiban menjadi romusha.











sumber:http://bagi-iptek.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-dan-dampak-romusha.html

Resensi Novel Negeri di Ujung Tanduk

Data Buku: Judul               : Negeri di Ujung Tanduk  Penulis             : Tere Liye  Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama...