Lembar Kerja 1
Pengamatan Candi
Borobudur
Kelas 8H
Nama Kelompok :
Aulia Yuniar
Rachmanda P. (05)
PEMERINTAH KOTA
MALANG
DINAS PENDIDIKAN SMP
NEGERI 20 MALANG
Jl. R. Tumenggung
Suryo No. 38
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang pengamatan kami di candi Borbudur,Magelang,Jawa
Tengah.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Malang,30 Januari 2017
Penyusun
Asal
– Usul Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang
berada di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Letaknya adalah sekitar 15 km
arah selatan kota Magelang. Candi ini berada di dataran berbukit yang hampir
seluruhnya dikelilingi oleh gunung. Adapun gunung yang mengelilingi candi ini
antara lain Gunung Merbabu (sebelah timur), Gunung Merapi (sebelah Barat laut),
Gunung Sumbing (sebelah Selatan) dan Gunung Sindoro (sebelah Utara).
Perkiraan Asal-Usul Didirikannya Borobudur Hasil perkiraan para ahli sejawan menyebut bahwaCandi Borobudur didirikan di sekitar tahun 800 Masehi. Perkiraan ini didasari oleh penemuan adanya suatu tulisan singkat yang dipahatkan pada pigura asli relief kaki candi (Karwa Wibhangga). Tulisan ini menggunakan huruf pallawa yang diidentifikasi merupakan huruf yang digunakan di abad ke 8 Masehi. Perkiraan ini semakin kuat dengan ditemukannya kecocokan bukti yang terkait dengan kerangka sejarah Indonesia secara umum.
Perkiraan Asal-Usul Didirikannya Borobudur Hasil perkiraan para ahli sejawan menyebut bahwaCandi Borobudur didirikan di sekitar tahun 800 Masehi. Perkiraan ini didasari oleh penemuan adanya suatu tulisan singkat yang dipahatkan pada pigura asli relief kaki candi (Karwa Wibhangga). Tulisan ini menggunakan huruf pallawa yang diidentifikasi merupakan huruf yang digunakan di abad ke 8 Masehi. Perkiraan ini semakin kuat dengan ditemukannya kecocokan bukti yang terkait dengan kerangka sejarah Indonesia secara umum.
Abad ke 8 Masehi memang diketahui merupakan abad
kejayaan Wangsa Syailendra yang merupakan Wangsa kerajaan Budha. Banyak
ditemukan candi-candi kecil yang ditemukan di kaki dan lereng gunung yang
mengitari Candi Borobudur yang diidentifikasi merupakan peninggalan wangsa
Syailendra yang merupakan wangsa penganut agama Budha Mahayana. , berdasar
bukti-bukti tersebut, ditariklah kesimpulan bahwa asal usul Candi Borobudur
adalah dibangun oleh Wangsa Syailendra pada Abad ke 800 masehi.
Tahap Pembangunan Borobudur Dari bukti sejarah yang berupa identifikasi serat dan corak batuan yang digunakan dalam pembangunan Candi Borobudur, serta beberapa prasasti pada sekitar abad pembangunannya, di perkirakan bahwa asal usul Candi Borobudur dibangun oleh Wangsa Syailendra dalam waktu 50 tahun. Pembangunan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan yang antara lain:
Tahap Pembangunan Borobudur Dari bukti sejarah yang berupa identifikasi serat dan corak batuan yang digunakan dalam pembangunan Candi Borobudur, serta beberapa prasasti pada sekitar abad pembangunannya, di perkirakan bahwa asal usul Candi Borobudur dibangun oleh Wangsa Syailendra dalam waktu 50 tahun. Pembangunan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan yang antara lain:
Tahap
Pertama; Pembangunan tata susun bertingkat dengan rancangan membentuk piramida
berundak. Akan tetapi analisis karbon menunjukan jika susunan tersebut kemudian
di bongkar untuk disusun ulang, mungkin karena kesalahan rancangan sehingga
tahap ini belum bisa dikatakan asal usul Candi Borobudur.
Tahap kedua;
Pada tahap kedua, pondasi Candi Borobudur diperlebar. Pondasi ini ditambah
dengan dua buah undak persegi dan satu buah undak lingkaran. Undak ini kemudian
langsung diberi stupa induk besar.
Tahap ketiga; Undak di atas lingkaran yang
dilengkapi dengan stupa induk besar hasil pekerjaan tahap kedua dibongkar dan
digantikan dengan tiga buah undak lingkaran. Beberapa stupa dipasang pada
puncak undak-undak ini, di mana salah satunya merupakan stupa dengan ukuran
besar (di bagian tengah).
Tahap
keempat; Diperkirakan ada perubahan kecil berupa pembuatan relief, penambahan
tangga, dan penggunaan lengkung di atas pintu masuk.
Asal-Usul Penemuan Candi Borobudur Setelah Candi Borobudur selesai dibangun, beberapa prasasti menyebut jika Candi ini kemudian digunakan oleh orang-orang agama Budha masa itu sebagai tempat ibadah dan ziarah. Penggunaan candi ini hanya berlangsung dalam waktu singkat, yakni sekitar 150 tahun. Singkatnya penggunaan candi ini memang tak sesuai dengan lama proses pembangunannya. Hal ini diketahui dapat terjadi karena adanya migrasi besar-besaran orang-orang Budha di sekitar Candi karena keruntuhan Wangsa Syailendra. Mereka terdesak oleh keberadaan orang-orang hindu yang secara kuantitas memang lebih banyak. Dengan semakin sedikitnya para penganut Budha di sekitar wilayah tersebut (Magelang saat ini), Candi Borobudur kemudian tidak digunakan lagi. Ia tidak terawat dan sebagian dirusak oleh orang-orang yang belum berpikir pentingnya peninggalan sejarah itu di masa depan. Karena tak lagi terurus, Borobudur pun kemudian semakin rusak oleh alam. Waktu terbengkalainya yang cukup lama membuat Candi megah ini ditumbuhi pepohonan besar, tertimbun oleh abu letusan gunung yang ada di sekitarnya, dan tertutup hilang terpendam di dalam tanah.
Asal-Usul Penemuan Candi Borobudur Setelah Candi Borobudur selesai dibangun, beberapa prasasti menyebut jika Candi ini kemudian digunakan oleh orang-orang agama Budha masa itu sebagai tempat ibadah dan ziarah. Penggunaan candi ini hanya berlangsung dalam waktu singkat, yakni sekitar 150 tahun. Singkatnya penggunaan candi ini memang tak sesuai dengan lama proses pembangunannya. Hal ini diketahui dapat terjadi karena adanya migrasi besar-besaran orang-orang Budha di sekitar Candi karena keruntuhan Wangsa Syailendra. Mereka terdesak oleh keberadaan orang-orang hindu yang secara kuantitas memang lebih banyak. Dengan semakin sedikitnya para penganut Budha di sekitar wilayah tersebut (Magelang saat ini), Candi Borobudur kemudian tidak digunakan lagi. Ia tidak terawat dan sebagian dirusak oleh orang-orang yang belum berpikir pentingnya peninggalan sejarah itu di masa depan. Karena tak lagi terurus, Borobudur pun kemudian semakin rusak oleh alam. Waktu terbengkalainya yang cukup lama membuat Candi megah ini ditumbuhi pepohonan besar, tertimbun oleh abu letusan gunung yang ada di sekitarnya, dan tertutup hilang terpendam di dalam tanah.
Penemuan
Kembali Candi Borobudur Borobudur tertimbun tanah. Siapapun orang-orang di sana
tak pernah tahu jika dibawah kaki mereka ada sebuah Candi besar peninggalan
kebudayaan nenek moyang terdahulu. Namun keadaan berubah setelah sekitar tahun
1814 Masehi, Sir Thomas Stamford Rafless menemukan puing-puing batuan berusia
tua dalam jumlah banyak di sekitar wilayah tersebut. Sir Thomas Stamford Rafles
adalah Gubernur Jendral Inggris yang memimpin Indonesia pada masa peralihan
penjajahan dari Belanda ke Inggris tahun 1811 M –1816 M. Ia dianggap sebagai
orang pertama yang menguak asal usul Candi Borobudur yang awalnya tertimbun
tanah. Ia memerintahkan anak buahnya untuk membongkar tanah di sekitar
tempatnya menemukan batu-batuan tua itu. Dan benar saja, sebuah tumpukan
batu-batu besar menjulang membentuk sebuah piramida raksasa. Rafless kemudian
memerintahkan anak buahnya itu untuk meneruskan pekerjaannya, akan tetapi
karena kesibukan perang pekerjaan ini akhirnya terbengkalai. Pada tahun 1835
Masehi, Hartman, Gubernur Jendral Belanda melanjutkan proses pengangkatan Candi
Borobudur yang ditinggalkan oleh Rafless selepas Inggris mengalami kekalahan
perang dalam memperbutkan daerah jajahannya yaitu Indonesia. Hartman
mengerahkan banyak pekerja untuk membongkar dan menghilangkan semua penghalan
yang menutupi tumpukan batu-batu ini. Ia memang sangat tertarik pada candi yang
ditemukannya tersebut dan mengusahakan pembersihan menyeluruh dari puing-pung
yang mengotori candi ini. Pemugaran Candi Borobudur yang Pertama Kali Kendati
sudah dibersihkan dari segala macam puing, tanah, dan kayu-kayu besar yang
menutupinya. Candi Borobudur belumlah berbentuk secara sempurna. Banyak bagian
yang gompel, hilang, dan rusak karena ditelan zaman. Menyadari hal ini,
pada tahun 1907-1911 Masehi, di bawah pimpinan Van Erf, Belanda mulai
melakukan pemugaran terhadap candi yang memang terlihat belum sempurna.
Pemugaran ini masih dilakukan dengan teknologi konvensional, sehingga reliefnya
belum juga terbentuk seperti aslinya. Pemugaran Candi Borobudur ini hanya
dilakukan sebatas untuk menghindari kerusakan-kerusakan lebih lanjut dengan
memindahkan batuan-batuan yang rentan runtuh dari asal usul Candi Borobudur
yang awalnya tak terurus. Kendati demikian, Erf sudah berjasa bagi Bangsa
Indonesia karena ia telah menyelamatkan peninggalan nenek moyang bangsa
Indonesia itu dari kerusakan yang lebih parah. Pemugaran Candi Borobudur Tahap
Berikutnya Disibukan oleh kekacauan politik, militer, ekonomi sejak
berlangsungnya perang dunia pertama, beberapa pemerintah yang sempat berkuasa
di Indonesia mulai dari pemerintah Jajahan Belanda, Pemerintah Jajahan Jepang,
dan Pemerintah Republik Indonesia menjadi tak lagi peduli dengan peninggalan
sejarah yang memiliki nilai histori ini. Candi Borobudur dibiarkan begitu saja
tanpa perawatan, terbengkalai, dan tak dipedulikan. Seiring berjalannya waktu,
saat kondisi negara mulai membaik, pada tanggal 10 Agustus 1973 pemugaran
lanjut kemudian dilakukan di masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Bukti
pemugaran ini berupa prasasti seberat 20 ton yang sengaja dibuat dan diletakan
di sebelah Barat Laut Candi menghadap ke Timur. Uniknya, pemugaran Candi
Borobudur yang berada di bawah pimpinan Dr. Soekmono ini dilakukan oleh sekitar
600 pekerja yang kebanyakan di antaranya merupakan tenaga-tenaga muda lulusan
SMA dan STM bangunan yang sebelumnya sudah diberikan pendidikan dan
keterampilan khususnya tentang bidang Chemika Arkeologi (CA) dan Teknologi
Arkeologi (TA). Mereka adalah asli putra dan putri bangsa Indonesia sendiri,
tak ada satu pun di antaranya tenaga ahli dari luar negeri. Beberapa bagian
yang dipugar dari Candi Borobudur pada masa itu antara lain Rapadhatu (tempat
tingkat di bagian bawah yang berbentuk persegi), kaki candi, Teras 1, Teras 2,
Teras 3, dan Stupa Induk. Dengan banyaknya bagian yang dipugar ini, waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengerjaannya adalah sekitar 10 tahun. Ya, pemugaran
selesai dilakukan pada 23 Februari 1983.
Lokasi Candi Borobudur
Lokasi Candi Borobudur
Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah
kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di
sebelah barat Surakarta, dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta.
Magelang berasal dari kata Maha yang atinya Besar dan Gelang yang
artinya Gelang (perhiasan yang dipakai di tangan). Hal ini berkaitan dengan
kondisi geografis Magelang yang dikelilingi oleh Gunung - Gunung dan perbukitan
sehingga seolah - olah membentuk cincin raksasa.
Gunung yang mengelilingi candi Borobudur yaitu 1.
Gunung Merapi di sebelah timur berbatasan dengan Kab. Boyolali, Klaten dan
Sleman
2. Gunung Merbabu di sebelah Timur berbatasan dengan
Kab. Boyolali
3. Gunung Sumbing di sebelah barat berbatasan dengan
Kab. Temanggung dan Wonosobo
4. Perbukitan Menoreh di sebelah Barat Daya
Susunan Bangunan Candi Borobudur
Bangunan candi Borobudur
berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur
sangkar. Tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk, melainkan hanya bisa naik
sampai terasnya. Secara keseluruhan Bangunan candi Borobudur terdiri dari 10
tingkat atau lantai yang masing-masing tingkat mempunyai maksud tersendiri.
Sebagai sebuah bangunan, candi Borobudur dapat dibagi dalam tiga bagian yang
terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh atau bagian pusat, dan puncak. Pembagian
manjadi tiga tersebut sesuai benar dengan tiga lambang atau tingkat dalam suatu
ajaran Budha yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu yang masing-masing
mempunyai pengertian.
1)
Kamadhatu
Sama dengan alam bawah
atau dunia hasrat atau nafsu. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat atau
nafsu dan bahkan dikuasai oleh hasrat dan kemauan atau nafsu. Dalam dunia ini
digambarkan pada relief yang terdapat di kaki candi asli diman relief tersebut
menggambarkan adegan dari kitab Karmawibangga yaitu naskah yang menggambarkan
ajaran sebab akibat,serta perbuatan yang baik dan jahat. Deretan relief ini
tidak tampak seluruhnya karena tertutup oleh dasar candi yang lebar. Hanya di
sisi tenggara tampak relief yang terbuka bagi pengunjung.
2)
Rupadhatu
Sama dengan dunia antara
atau dunia rupa, bentuk, wujud. Dalam dunia ini manusia telah meninggalkan
segala hasrat atau nafsu tetapi masih terikat pada nama dan rupa, wujud,
bentuk. Bagian ini terdapat pada tingkat 1-5 yang berbentuk bujur sangkar.
3)
Arupadhatu
Sama dengan alam atas
atau dunia tanpa rupa, wujud, bentuk. Pada tingkat ini manusia telah bebes sama
sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamanya segala ikatan pada dunia fana.
Pada tingkatan ini tidak ada rupa. Bagian ini terdapat pada teras bundar I, II
dan III beserta stupa induknya.
Uraian bangunan secara
teknis dapat dirincikan sebagai berikut:
1)
lebar dasar : 123 m (lebar dan panjang sama panjang, karena berbentuk bujur
sangkar);
2)
tinggi bangunan : 35,4 m (setelah restorasi), 42 m (sebelum restorasi);
3)
jumlah batu (batu andesit) : 55.000 m3 (2.000.000 juta balok
batu);
4)
jumlah stupa : 1 stupa induk, 72 stupa berterawang;
5)
stupa induk bergaris tengah : 9,9 m;
6)
tinggi stupa induk sampai bagian bawah : 7 m;
7)
jumlah bidang relief : 1.460 bidang (± 2,3 km sampai 3 km);
8)
jumlah patung Budha : 504 buah;
9)
tinggi patung Budha : 1,5 m.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar